Minggu, 08 Mei 2011

- 2



Bab II.

Pokok-Pokok Mencapai Iman

Dimaksud  dengan pokok-pokok mencapai iman ialah keterangan-keterangan yang sangat diperlukan dalam usaha mencapai iman. Keterangan-keterangan tersebut kita bagi menjadi sebagai berikut.

1) Garis Iman

Istilah garis, menurut ilmu ukur ialah jumlah titik-titik yang sambung menyambung hingga membentuk garis A sampai Z.

Garis iman ialah perlambang titik-titik menjadi tindakan demi tindakan yang terus menerus dan sambung menyambung dari satu permulaan hingga mencapai Iman.

Keterangan-keterangan atau teori yang membentangkan garis iman bisa juga dikatakan strategi dan taktik mencapai iman, seperti ditegaskan oleh surat ali imran ayat 54 demikian :


Wa makaruu wa makarallaahu wallaahu khairul maakiriin.  
               
54. “Mereka, atas pilihan dz ms sy, mensiasati ajaran Allah ms rasul-Nya. Sebaliknya Allah, dengan satu ajaran ms rasul-Nya juga melakukan siasat. Yaitu Allah, atas pilihan Nur ms Rasul-Nya adalah pembina siasat kehidupan indah tiada tanding”.

54. Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.


2) Pokok-pokok Garis Iman.

Surat al-Baqarah ayat 285 membagi pokok-pokok garis iman, demikian :


 

285. “Rasul itu hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan ms kerasulannya ( ajaran Allah ms Rasul) dari pembimbingnya, begitu semua mukmin, masing-masing hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah yaitu risalah malaikat, yakni yang telah dibukukan dalam berbagai kitab menurut-Nya, yaitu kata mereka seterusnya : “Kami telah menanggapi dan kami hidup patuh menurut demikian, satu pembina kehidupan maha revolusiner menurutku, wahai pembimbing kami, yakni menurut Anda jualah hidup ini berjalan”.

285. Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

Ayat diatas membagi pokok-pokok Garis Iman menjadi tahap Sami’na = penanggapan, dan tahap Atha’na = hidup patuh menurut yang ditanggapi.

Surat al-Baqarah ayat 93, membagi pokok-pokok garis iman demikian :


Wa idz akhadznaa miitsaaqakum wa rafa’naa fauqakumuth thuura khudzuu maa aatainaakum bi quwwatiw was ma’uu qaaluu sami’naa wa ‘ashainaa wa usyribuu fii quluubihimul ‘ijla bi kufrihim qul bi’sa maa ya’murukum bihii iimaanukum in kuntum mu’miniin.

93.  “Yaitu satu ketika dikala mana Kami, atas pilihan dz ms sy, telah merusak ikatan pergaulan hidup kalian yaitu Kami unggulkan atas kalian satu kehidupan yang bagaikan gunung Tursina memberatkan bumi. “Terimalah apa yang telah Kami turunkan ( Taurat ms Musa ) untuk kalian dengan sepenuh hati dalam arti tanggapilah!”, niscaya mereka berkata : “Kami telah menanggapi dan kami mengingkarinya”. Oleh karena hati mereka telah mendapat kemantapan hidup musim-musiman menjadi kekufuran mereka. Tegaskan : “Sejahat-jahat sesuatu yang menggiring hidup kalian menjadi demikian adalah pandangan dan sikap hidup kalian dengan dz ms rasul.

93. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).

Disini pokok-pokok garis iman tersusun dari tahap “Menanggapi” dalam arti benar-benar menaggapi sehingga jelas mengerti apa yang ditanggapi, dan tahap “Mengingkari”, dalam arti juga jelas memahami apa yang diingkarinya.

Surat nisa’ ayat 46 mengajukan satu model yang lain dari pokok-pokok Garis Iman demikian :


46. “Sebagian Yahudi memutar balik ajaran Allah ms Rasul-Nya dari yang sebenarnya dimana mereka menyatakan : “Kami telah menanggapi dan kami mengingkarinya”, dalam arti dengar bukan benar-benar dengan tetapi dalam arti “Biarlah kami tetap dengan teori  gembala domba kami”, lidah biyawak yang bercabang dua yakni tombak berbalut sutera untuk menikam  dari dalam terhadap penataan hidup (Dinul Islam) dari Allah ms Rasul-Nya. Jikalaulah mereka bersikap “Kami menanggapi dan kami hidup patuh menurut demikian”, yaitu menanggapi dalam arti “Biarlah kami berpikir-pikir dulu”, sungguh yang demikian itu adalah lebih baik dalam arti ketangguhan ilmiah. Tetapi Allah, atas pilihan dz ms sy, telah melaknat mereka tidak mau hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya kecuali segelintir saja”.

46. Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya]. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina" dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.

Disini pokok-pokok Garis Iman tersusun dari tahap “Menanggapi” dalam arti asal sekedar menanggapi dengan motivasi tertentu sehingga dapat dipastikan tidak akan menguasainya secara obyektif ilmiah. 


Dari itu maka tahap kedua, “Mengingkari”, menjadi mengingkari sesuatu yang semestinya dia tidak menguasainya secara obyektif ilmiah. 


Sehingga yang demikian ini bernilai bajingan yang lebih dzulumat dari dzulumat yang sebenarnya ms syayathin atau ilmiah monyet dibelukar peradaban, seperti disitir oleh surat al-a’raf ayat 179 dan 166 demikian :


Wa la qad dzara’naa li jahannama katsiiram minal jinni wal insi lahum quluubul laa yafqahuuna bihaa wa lahum a’yunul laa yubshiruuna bihaa wa lahum aadzaanul laa yasma’uuna bihaa ullaa-ika kal an’aami bal hum adhallu ulaa-ika humul ghaafiluun.

179. “Dan sungguh Kami, atas alternatif Nur dan dzulumat ms rasul dan atau alternatif dz ms sy, telah memperkaya bagi kehidupan jahanam kebanyakan manusia dan jin, baginya ada hati yang tidak mau bertanggapan menurut demikian, baginya ada data yang tidak mau  melihat dengan yang demikian, dan baginya ada telinga yang tidak mau berpendengaran menurut demikian. Itulah dia yang bagaikan binatang (bajingan) bahkan lebih dzulumat dari bajingan ms syayathin apapun. Itulah dia yang mengabaikan pilihan Nur dan dzulumat ms Rasul yang demikian agung”.

179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. Kedatangan azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya dengan cara istidraj.


Fa lammaa ‘atau ‘ammaa nuhuu ‘anhu qulnaa lahum kuunuu qiradatan khaasiin.

166. “Akhirnya tatakala mereka yang aduk-adukan Nur dz sy itu telah melampaui batas dari apa yang mereka dilarang perihal yang demikian itu niscaya Kami tegaskan bagi yang demikian itu : “Silakan kalian menjadi monyet yang meringkik-ringkik ditaman Nur ms Rasul tiada tanding!”.

166. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina.

Model keempat dari pokok-pokok Garis Iman ialah Jahiliyah, yaitu yang hampir-hampir tidak dapat memahami kalam Allah ms Rasul-Nya. 


Maka pokok-pokok Garis Iman disini menjadi bertahap “Tidak bisa dan atau tidak mau menanggapi”, sehingga menjadi tidak memahami ajaran Allah ms Rasul-Nya. 


Tetapi lucunya pada tahap kedua, mereka menjadi terbelah kedalam “Masa yang mereka sendiri tidak memahaminya” dan atau “Mengingkari yang sebenarnya mereka tidak memahaminya”.

Dengan demikian maka pokok-pokok Garis Iman kita susun menjadi seperti dalam sket sebagai berikut :


 


Demikianlah pokok-pokok Garis Iman secara umum, dengan lain perkataan, kembali kepada lukisan segitiga ABC sama sisi dalam segitiga AEF diatas, maka “Sami’na ialah D – B2 dan “Atha’na” ialah AB2C.

“Sami’na wa ‘ashaina” ialah tawalla ( maling) BC yang dikaddaba yaitu manipulasi dengan stempel hasil experiment CDF menjadi FDC. 


Sebaliknya “Sami’na wa ‘ashaina”dalam arti “wasma” ghaira musma’in wara’ina” ialah kaddaba yaitu penyamaran/pengaburan ABC dan BED menjadi aduk-adukan BDC ( idealisme) dengan stempel intuisi. 


Adapun model jahiliyah adalah tergolong kedalam Garis Kuda Delman untuk sebakul rumput, atau garis bagong yang ngelayap dimalam buta.

Selanjutnya “Sami’na” tahap menanggapi, menurut perbedaan sasarannya, kita bagi lagi menjadi Rattil Satu Persiapan Iman dan Shalat satu pembinaan Iman.

1) Rattil Satu Persiapan Iman.

Istilah Rattil, sama dengan ‘qira-ah”, ialah studi yang belajar yaitu membentuk pandangan menurut yang dibaca.

Jadi “Rattil” atau “qira-atul qur’an” ialah studi yaitu belajar yakni membentuk pandangan dengan al-quran ms rasul. Dilakukan sendiri dengan tekun dan penuh konsentrasi.

Dalam hubungan ini perlu diingatkan bahwa, pengajian pengajian umum, sekolah, ceramah-ceramah, seminar-seminar, direksi, kursus, dsb. Yaitu mimbar dimana berkumpul sekelompok pendengar dan seorang guru/penceramah/protokol yang menerangkan sesuatu belumlah bisa dikatakan rattil atau qira-ah, yang demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil oleh karena yang demikian ialah sekedar pembentukan dasar-dasar pengertian dan kunci-kunci persoalan yang merupakan kesulitan-kesulitan didalam rattil. 


Dalam hubungan ini maka rattil ialah mengulang kembali sendirian dirumah untuk menguasainya. Kadangkala juga disebut mengulang.
Singkatnya rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya kepada al-Quran ms Rasul. 


Mattan al-Quran ms Rasul sudah mencapai demikian mantap, oleh karena kesadaran Iman itu turun naik (Hadits : al-Quran yaziid wa yanquush), maka rattil ini adalah mutlak untuk membentuk pandangan dengan al-Quran ms Rasul. 


Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa rattil al-Quran ms Rasul adalah permulaan taubat.

Bila rattil sudah menghasilkan satu pandangan, sekurang-kurangnya surat al-Fatihah sebagai satu pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke sholat satu pembinaan iman. 


Dari itu maka rattil dapat dikatakan persiapan Iman atau persiapan shalat.

2)Shalat Satu Pembinaan Iman

Istilah shalat ialah kaifiyat atau tehnik pembinaan diri menjadi mukmin. Yaitu penanaman hasil rattil yakni pandangan al-Qur’an ms Rasul menjadi sikap hidup yang menghujam dalam hati. 


Dengan lain perkataan, shalat ialah memahkotakan hati dengan al-Qur’an ms Rasul.

Surat an-Nisa ayat 102, hadis dan surat Bani Israil ayat 78-79 menjelaskan demikian :
An-Nisa 102 :


102. “Sehingga apabila kalian sudah melakukan shalat maka hidup sadarlah kalian dengan ajaran Allah ( al-Qur’an ms Rasul ) baik dalam keadaan tegak berdiri maupun dalam keadaan duduk bahkan dalam keadaan berbaring. Maka dikala sudah berada dalam keadaan tenang maka lakukanlah shalat, sesungguhnya shalat ini adalah satu pembukuan ( pembinaan ) diri menjadi mukmin dalam waktu-waktu yang telah ditentukan “.

102. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.


Hadis :

“Shalat adalah satu tehnik peningkatan ( pembinaan ) manusia menjadi mukmin”.

Surat Bani Israil 78-79 :




78. “Lakukanlah shalat diwaktu tergelincir matahari ( shalat dhohor dan ashar ) hingga waktu terbenam matahari ( shalat magrib dan isya ) dan shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu adalah satu pembinaan kekuatan ( iman ) tiada tara”.

78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).



79. “Dan disebagian waktu malam maka lakukanlah shalat tahajjud ( shalatul lail ) dengan mana sebagai satu penguat ( iman ) bagi kalian. Semoga pembimbing kalian ( dengan shalat tahajud itu ) akan membangkitkan kalian menjadi yang bermahkota al-Qur’an didalam dada”.

79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Singkatnya shalat ialah kelanjutan yaitu peningkatan rattil satu persiapan iman menjadi pembinaan iman. Shalat sangat tergantung kepada hasil rattil. 


Tanpa hasil rattil, dari satu sudut, maka shalat menjadi tidak berfungsi tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali hanya satu demontrasi kaifiat belaka, seperti ditegas oleh surat al- Ma’un ayat 4-6 demikian :


Fa wailul lil mushalliin. 
            
4. “Maka itulah dia hasil jahannam dari mereka yang shalat-shalatan”.

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,


Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun. 
              
5. “Yaitu mereka yang shalatnya tidak karuan”.

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,


Aladziinahum yuraa-uun. 
        
6. “Lahirnya shalat tetapi isinya dzulumat ms syayathin”.

6. orang-orang yang berbuat riya

Dari itu, agar rattil berhasil hingga memenuhi syarat bagi shalat dalam mencapai tujuannya, maka rattil ini harus memenuhi satu prosedur dan titik tolaknya.

3) Prosedur dan titik tolak rattil

Dimaksud dengan prosedur, dalam hal ini ialah rattil al-Qur’an ms Rasul, ialah jalannya rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak tertentu. 


Dan istilah “titik tolak” ialah titik pijak dan makna rattil itu dimulai dan kemana mau dituju serta apa yang mau dicapai. 


Pedoman dari “prosedur dan titik tolak rattil” adalah al-Qur’an ms Rasul itu sendiri, yaitu pada surat Muzzammil ayat 1-19:

Yaa ayyuhal muzzammil        
    
1. “Wahai yang berlaku dzulumat ms syayathin”.

1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),



Qumil laila illa qaliilaa.   


           
 2. “Bangunlah diwaktu malam kecuali sedikit saja”.

2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),


Nishfahuu awin qush minhu qaliilaa.         
   
3. “Setengahnya atau kurangi sedikit saja”.


3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,




Au zid ‘alaihi wa rattilil qur-aana tartiilaa.         
   
4. “Atau lebihkan atasnya-2), maka rattil ( studilah) al-Qur’an ms Rasul ini semantap-mantapnya”.


4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.


Innaa sa nulqii ‘alaika qaulan tsaqiilaa.     
            
5. “Sesungguhnya Kami, dengan rattil al-Quran ms Rasul ini, akan menancapkan menjadi pandangan hidup kalian satu kalam yang berbobot .....”-3)

5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.


Inna naasyi-atal laili hiya asyaddu wathaw wa aqwamu qiilaa.     
     
6. “ Sesungguhnya kesegaran malam itu adalah semudah-mudah pemantapan dan setangguh-tangguhnya penanggapan”.


6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.


Inna laka fin nahaari sabhan thawiilaa.        
         
7. “Sesungguhnya bagi kalian diwaktu siang itu ialah kesibukan yang tiada habis-habisnya”.


7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).




Wadz kurisma rabbika wa tabattal ilaihi tabtiilaa.   
        
8. “Maka, dengan rattil al-Qur’an ms Rasul maka sadarlah diri : “Semoga kalian hidup sadar dengan Ilmu ( ajaran) pembimbing kalian lepaskan ikatan dengan selainnya selesai lepasnya”.

 8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.


Rabbul masyriqi wal maghribi laa ilaahaillaa huwa fat tahidz-hu wakiilaa.  



9. “(Dia), atas pilihan dzulumat ms syayathin pembimbing blok timur dan blok barat. Maka ada pembina kehidupan apapun kecuali Iman dengan satu ajaran ms Rasul-Nya, maka senangilah dia menjadi pembimbing kehidupan tiada tara”.


9. (Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.




Wash bir ‘alaa maa yaquuluuna wah jurhum hajran jamiilaa.       
      
10.“Dan teguh bertahanlah kalian terhadap apa yang mereka, atas pilihan dzulumat ms syayathin melontarkan berbagai ocehan dan tinggalkanlah mereka dengan sikap seindah-indahnya”.


10. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.




Wa dzarnii wal mukadzdzibiina ulin na’mati wa mahhilhum qaliilaa. 
           
11. “Dan biarkanlah menjadi urusan-Ku, yaitu pelacur-pelacur ilmu yang memiliki serba kemewahan, dan biarkanlah mereka menghabiskan waktunya sedikit lagi”.


11. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.




Inna ladainaa ankaalaw wa jahiimaa.  


         
12. “Sungguh menurut Kami, pilihan dzulumat ms sy itu, adalah penghancur kehidupan yaitu kehidupan jahannam tiada tara”.


12. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala,




Wa tha’aaman dzaa ghushshatiw wa’adzaaban aliimaa.  
          
13. “Yaitu ibarat sejenis makanan menyumbat kerongkong, sehingga merupakan bencana hidup luar biasa”.


13. dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.




Yauma tarjuful ardhu wal jibaalu wakaanatil jibaalu katsiibam mahiilaa.


14. “Jalannya sejarah, dengan al-Qur’an ms Rasul ini, adalah ibarat bumi dan gunung yang guncang segoncang-goncangnya sehingga gunung demi gunung menjadi hancur berterbangan porak poranda”.


14. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.




Inaa arsalnaa ilaikum rasuulan syaahidan ‘alaikum ka maa arsalnaa illaa fir’auna rasuulaa.


15. “Sebenarnya Kami, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul, mengubah dari kalian seorang Rasul yang memberikan satu pembuktian atas hidup kalian, sebagaimana mahalnya Kami, dengan Taurat ms Musa, mengutus kepada Fir’un seorang Rasul juga”.


15. Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir`aun.




Fa ‘ashaa fir’aunur rasuula fa akhadz-naahu akhdzaw wabiilaa.     
    
16. “Maka Fir’un mengingkari Taurat ms Musa, akhirnya Fir’un, atas pilihan dzulumat ms syayathin Kami hancurkan menjadi sehancur-hancurnya”.


16. Maka Fir`aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.




Fa kaifa tattaquuna in kafartum yaumay yaj’alul wildaana syiibaa.   


            
17. “Maka bagaimanakah kalian, dengan Rattil al-Qur’an ms rasul ini, bisa mencapai hidup patuh (iman) jikalaulah kalian masih saja bersikap negatif terhadap jalannya sejarah dengan al-Qur’an ms Rasul ini yang akan membikin semua produk dzulumat ms syayathin itu menjadi bagaikan bayi beruban kepala”.


17. Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.




Assamaa-u munfathirum bihii kaana wa’duhuu maf’uulaa.    
             
18. Seperti halnya semesta angkasa, pada Sa’ah Kubra, hancur berkeping-keping, begitulah janji-Nya dengan al-Qur’an ms Rasul ini terhadap dzulumat ms syayathin pasti terlaksana”.


18. Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana.




Inna hadzkiratuw fa man syaa-at takhadza ilaa rabbihii sabiilaa.     
             
19. “Sesungguhnya al-Qur’an ms Rasul ini adalah satu pembina kehidupan sadar secara ilmiah, maka, siapa yang mau, dipersilakan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.


19. Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya.



Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci tentang prosedur dan titik tolak rattil ini kita harus mengingat kembali sket segitiga ABC, yang diperinci dengan AB1C dan AB2C dan AB2C, dalam segitiga sama sisi ABF yang diperinci menjadi BDE, BDC, dan CDF. 


Maka sudut Muzzamil, yaitu “dhallan fahada”, ialah sudut D-B2, yaitu sudut D yang mau mencapai B2 ( sudut mukmin) yang bertahap dua, yaitu menjadi D-B3 sebagai garis rattil satu persiapan iman, dan B3-B2, sebagai garis shalat satu pembinaan iman. 


Sehingga sudut AB2C, yaitu penurunan dari AB1C menurut pola sudut iman yang sebenarnya.


Surat Muzzamil ayat 2-4 adalah waktu dan penggunaannya dalam garis rattil. Ayat 6 adalah alasan dan penjelasannya, mengapa harus memakai waktu malam.


Ayat 5 dan 6 menggambarkan tujuan yang mau dicapai oleh rattil yaitu persiapan shalat untuk mencapai B3.


Jikalau sudut D-B2 adalah sudut positif rattil maka ayat 7 “sabhan thawila”. ialah sudut D-C yaitu garis siang yang bersudut negatif. 


Yaitu ayat 9 “rabbul masriqi wa rabbul maghribi...” dalam pasangan positif dengan ‘laaha illa huwa fattakhidzhu wakiila”.


Ayat 10 dan 11 adalah tuntutan ketabahan bagi yang rattil dalam pertautannya dengan D-C (garis siang) mengenai ocehan-ocehan mereka yang positif dengan dzulumat ms syayathin dan bersikap negatif terhadap dakwah al-Qur’an ms Rasul. 


Sambil menyerahkan urusannya itu sepenuhnya menjadi urusan Allah, pencipta dan pembimbing Nur dan dzulumat, buat sementara.


Ayat 12-14 adalah pandangan dan penilaian al-Qur’an ms Rasul terhadap nasib dzulumat ms syayathin selanjutnya sebagai tantangan bagi sunnah Muhammad qurun I, yang akan berulang menjadi tantangan bagi sunnah Muhammad qurun II kelak.


Ayat 15 dan 16 adalah percontohan sunnah Muhammad dan tantangannya, sebagai perulangan dari Taurat ms Musa yang ditantang oleh Fir’un dan atas kekufurannya terhadap ajaran Allah ms Rasul akhirnya Fir’un menjadi hancur musnah.


Ayat 17 memperingatkan yang rattil bahwa mencapai muttaqin yaitu mukmin itu adalah proses penjungkiran-balikan yang bersifat historis yaitu ayat 18, seperti penjungkir-balikan semesta angkasa kehidupan ini kelak, pada sa’ah kubra, dalam rangka pembangunan “yaumil akhir”.


Akhirnya ayat 19 mencamkan para pelaku rattil bahwa al-Quran ms Rasul ini adalah pembina kehidupan sadar secara ilmiah. Maka, siapa yang mau, dipersilakan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.


Adapun Surat Muzzamil ayat 20 adalah untuk meningkatkan hasil rattil dengan melakukan shalat untuk mencapai iman demikian :



Inna rabbaka ya’lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayil laili wa nishfahuu wa tsulutsahuu wa thaa-ifatum minal ladziina ma’aka wallahu yuqaddirul laila wan nahaara ‘alima al lan tuhshuuhu fataaba ‘alaikum faq ra-uu maa tayassara minal qur-aani ‘alima an sa yakuunu minkum mardhaa wa aakharuuna yadhribuuna fil ardhi yabtaghuuna min fadhlillaahi wa aakharuuna yuqaatiluuna fii sabiilillaahi faq ra-uu ma tayassara minghu wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa aqridhullaha qardhan hasanaw wa maa tuqaddimuu li anfusikum min khairin tajiduuhu ‘indallaahi huwa khairaw wa a’zhama ajraw wa taghfirullaaha innallaaha ghafuurur rahiim.


                
20. “Sebenarnya pembimbing kalianlah yang meng-ilmui-nya ( al-quran ms rasul-Nya) sehingga kalian menjadi tegak berdiri (dimalam hari melakukan shalat) hampir dua pertiga malam atau setengahnya atau sepertiganya malam atau setengahnya atau sepertiganya dan segolongan orang yang mengikuti kalian yaitu Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya memberikan pasangan rancangan hidup, Nur Rasul dan dzulumat ms syayathin, bagaikan siang dan malam dalam satu peredaran. Dia telah mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya, dengan harapan sangat agar kalian tidak menyeleweng dan atau melacurkannya. Akhirnya Dia, dengan Rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, mengharap satu perubahan revolusioner atas hidup kalian. Maka pelajarilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa yang kalian sudah menguasai dari al-Quran ms Rasul ini. Dia mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya dengan harapan, melalui rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, dapat membikin sebagian kalian menjadi orang yang maunya padu dengan maunya Allah dengan al-Quran ms Rasul-Nya. Dan sebagian lagi menjadi yang bergerak dibidang penataan hidup dipermukaan bumi ini guna mencapai menurut nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Allah ms Rasul-Nya. Dan yang terakhir menjadi yang bergerak dibidang pertahanan-keamanan untuk mempertahankan tatanan kehidupan dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya.
Akhirnya studilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa saja yang kalian sudah menguasainya. Dalam arti lakukanlah shalat satu pembinaan diri menjadi mukmin, selanjutnya lakukanlah zakat satu pembinaan perekonomian. Akhir sekali, lempangkanlah hidup kalian dengan ajaran Allah ms Rasul ini setahap demi setahap hingga mencapai kehidupan ihsan. Dan tidak adalah yang menjadi tujuan pribadi kalian kecuali satu model kehidupan indah yang kalian akan menemuinya menurut ajaran Allah. Dia, dengan al-Quran ms Rasul ini, adalah pembina kehidupan maha indah lagi pemberi imbalan kehidupan tiada tara. Dan akhir kalam, tuntutlah satu perubahan hidup revolusioner menurut ajaran Allah. Sesungguhnya Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya, adalah pembina kehidupan maha revolusioner lagi pemberi kepastian hidup tiada tanding”. 

20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Demikianlah prosedur dan titik tolak rattil persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman. 


Dengan lain perkataan, prosedur dan titik tolak rattil dan shalat ini dapat juga dikatakan disiplin rattil dan shalat yang harus mendapat perhatian serius kalau mau rattil dan shalat itu benar-benar mencapai tujuannya. Rattil dan shalat yang tidak berpedoman kepada surat Muzzamil ini adalah membuang-buang waktu malah merusak diri.


Akhirnya Surat Muzzamil sebagi prosedur dan titik tolak rattil dan shalat, kita ringkaskan dengan surat muddassir ayat 1-8, demikian :

Yaa ayyuhal muddatstsir       
   
1.“Wahai yang kesasar dzulumat ms syayathin”


1. Hai orang yang berkemul (berselimut),






Qum fa andzir 


                 
2.“Bangkit, maka mawas dirilah!”


2. bangunlah, lalu berilah peringatan!




Wa rabbaka fa kabbir.


              
3. “Yaitu ajaran pembimbing kalian ms Rasul-Nya maka tancapkanlah!”.

3.  dan Tuhanmu agungkanlah,




Wa tsiyaabaka fa thahhir.
                   
4. “Yakni diri pribadi kalian yang bertanggapan dzulumat ms syayathin, maka bersihkanlah!”.


4. dan pakaianmu bersihkanlah,




War rujza fah jur
            
5. “Dan kekotoran hidup dzulumat ms syayathin, maka singkirkanlah!”


5. dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,




Wa laa tamnun tastaktsir
                   
6. “Dan janganlah melamun hasil tanpa kerja keras!”.


6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.




Wa li rabbika fash bir
               
7. “Dan menurut ajaran pembimbing kalian ( al-Qur’an ms Rasul-Nya), maka teguh bertahanlah!”.


7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.




Fa idzaa nuqira fin naaquur.
               
8. “Hingga dengan bagaikan tarikan nafas yang akan menghembus dan membahanakan suara dalam terompet”.


8. Apabila ditiup sangkakala,



Surat Muddatstsir ayat 8 mengungkapkan rattil dan shalat, Persiapan dan Pembinaan Iman, ialah penancapan ilmu atau al-Quran ms Rasul kedalam kesadaran hidup yaitu satu input ( satu pemasukan) hingga menjadi ‘agama biqalbi’ adalah bagaikan ‘tarikan nafas’ yang dimulai dari sudut E1, hingga mencapai satu kulminasi (puncaknya) tertentu B2, ialah sudut iman sebenarnya, yang menghembuskan nafas ‘iqrarun bil lasaani’ dan ‘amalun bil arkani’ al-Quran ms Rasul, yaitu sudut AB2C dari AB1C menurut ABC.


Lama masa tempuh Garis Iman ini, Sami’na da Atha’na dilihat dari sudut sistematik Nuzul, dimulai dari masa suarat al-‘alaq ayat 1-5 hingga dengan Mi’raj kira-kira tahun 520 M, ialah 10 tahun dari 0 – hingga B3, masa Shalat Pembinaan Iman, hingga B2, yakni hijrah, kira-kira tahun 623 M, menjadi 3 tahun. 


Dan Garis Atha’na, yakni B2-C adalah melalui masa 10 tahun sampai dengan mencapai “al yauma  ya-isal ladziina kafaruu diinikum fa laa takhsyauhum wakh syauni al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matii wa radhiitu lakumul islaama diinan” ( S. Maidah ayat 3). 


Jadi masa tempuh Sami’na wa ‘atha’na menjadi 23 tahun.
Fungsi ( kedudukan dan tugas) Sami’na B-D2, adalah penurunan dalam arti pemantapan AB1C menurut pola ABC menjadi AB2C. 


Dari itu maka masa tempuh D-B2 adalah senilai dan seharga dengan B1-B2 dan B-B2. Jadi B2-C adalah juga turunan yang senilai dan seharga dengan B1-C menurut model B-C dari A-B1 menurut model A-B menjadi A-B2. 


Dengan demikian maka terjemahan “hablun minallah” menjadi “tali perikatan dengan Allah yaitu ibadah dan “hablun minna nasi” menjadi “tali perikatan sesama manusia ialah muamalah adalah tidak relevan sehingga menjadi non ilmiah. 


Dan oleh karena yang demikian adalah termasuk ensiklopedia pasti alam maka harus diterjemahkan menjadi segitiga sama sisi ABC dalam segitiga sama sisi AEF.


“Diukur dengan ukuran kilometer (km), perhari = 40.000 km pada garis khatulistiwa, maka Garis Iman, Sami’na wa ‘atha’na, yang bernilai dan berharga 23 tahun menjadi :


23 x 354 ( hari ) x ( minimal 1/3 malam dari jam 19.00 – 04.00 = 3 jam/ 1/8 hari = 5000 km) = menjadi 40.071.000 km. Dari itu maka hasil studi al-Quran ms Rasul adalah hasil dari sistem pendidikan maha indah dibanding dengan sistem pendidikan lain-lainnya yang hanya mampu mencapai puncak Naturalisme dan Idealisme, yaitu dzulumat ms syayathin.


Demikianlah Prosedur dan Titik Tolak Rattil atau Disiplin Rattil yang merupakan satu aspek yang paling penting dalam persoalan pokok-pokok mencapai iman atau strategi dan taktik iman. 


Dan aspek lain lagi yang juga tidak kalah pentingnya adalah persoalan subyek study.




<<<-------  halaman sebelumnya